Rabu, 06 Juni 2012

Tugas Ilmu Budaya Dasar ( Budaya bangunan Fatahillah ) #4



Nama               : Akrim Aliudin
Kelas               ; 1 KA 29
NPM               : 10111525

BUDAYA  BANGUNAN  FATAHILLAH

Tahun 1526, Fatahillah, dikirim oleh Kesultanan Demak, menyerang pelabuhan Sunda Kelapa di kerajaan Hindu Pajajaran, kemudian dinamai Jayakarta. Kota ini hanya seluas 15 hektar dan memiliki tata kota pelabuhan tradisional Jawa. Tahun 1619, VOC menghancurkan Jayakarta di bawah komando Jan Pieterszoon Coen. Satu tahun kemudian, VOC membangun kota baru bernama Batavia untuk menghormati Batavieren, leluhur bangsa Belanda. Kota ini terpusat di sekitar tepi timur Sungai Ciliwung, saat ini Lapangan Fatahillah.
Penduduk Batavia disebut "Batavianen", kemudian dikenal sebagai suku "Betawi", terdiri dari etnis kreol yang merupakan keturunan dari berbagai etnis yang menghuni Batavia.
Tahun 1635, kota ini meluas hingga tepi barat Sungai Ciliwung, di reruntuhan bekas Jayakarta. Kota ini dirancang dengan gaya Belanda Eropa lengkap dengan benteng (Kasteel Batavia), dinding kota, dan kanal. Kota ini diatur dalam beberapa blok yang dipisahkan oleh kanal. Kota Batavia selesai dibangun tahun 1650. Batavia kemudian menjadi kantor pusat VOC di Hindia Timur. Kanal-kanal diisi karena munculnya wabah tropis di dalam dinding kota karena sanitasi buruk. Kota ini mulai meluas ke selatan setelah epidemi tahun 1835 dan 1870 mendorong banyak orang keluar dari kota sempit itu menuju wilayah Weltevreden (sekarang daerah di sekitar Lapangan Merdeka). Batavia kemudian menjadi pusat administratif Hindia Timur Belanda. Tahun 1942, selama pendudukan Jepang, Batavia berganti nama menjadi Jakarta dan masih berperan sebagai ibu kota Indonesia sampai sekarang.
Tahun 1972, Gubernur Jakarta, Ali Sadikin, mengeluarkan dekrit yang resmi menjadikan Kota Tua sebagai situs warisan. Keputusan gubernur ini ditujukan untuk melindungi sejarah arsitektur kota — atau setidaknya bangunan yang masih tersisa di sana.
Meski dekrit Gubernur dikeluarkan, Kota Tua tetap terabaikan. Banyak warga yang menyambut hangat dekrit ini, tetapi tidak banyak yang dilakukan untuk melindungi warisan era kolonial Belanda

Museum Fatahillah terletak di Kota Tua Jakarta. Saya akrab dengan istilah Kota Tua dari ketika saya membaca tentang Wina. Kota Eropa memiliki Old Town dan saya pikir itu indah. Saya pikir itu luar biasa bahwa negara-negara Eropa memiliki kota tua. Kemudian saya belajar bahwa Jakarta juga sebuah kota tua, bukan sebagai besar atau dirawat dengan baik rekan-rekan Eropa, tapi lebih baik daripada tidak sama sekali.
Pada tahun-tahun awal kedatangan Belanda ke Batavia (dari 1619), gedung, yang sekarang menjadi Museum Fatahillah, adalah pusat administrasi Perusahaan India Timur Belanda atau juga dikenal di Belanda sebagai Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau VOC di singkat. Kami belajar di sekolah kita tentang VOC, dan kita selalu terkait VOC sebagai penjajah Belanda awal. Kita sering mencampur-adukkan panjang dengan pemerintah Belanda. VOC sebenarnya sebuah perusahaan multi-nasional besar di era.
Pada tahun 1627, bangunan menjadi balai kota Batavia, atau sebagai Belanda menyebutnya, Stadhuis. Ia kemudian dibangun kembali mulai tahun 1707 sampai 1710 untuk menjadi bangunan yang kita lihat sekarang.Batavia adalah nama lama Jakarta. Di Indonesia modern, masyarakat adat wilayah Jakarta dikenal sebagai Betawi (istilah saat ini Batavia). Pada tahun 1710, bangunan itu diresmikan oleh Gubernur Jenderal Pemerintah Kolonial Belanda, Abraham van Riebeeck.
Pahlawan nasional Indonesia, Pangeran Diponegoro, dipenjarakan dalam sel bawah gedung pada tahun 1830. Penangkapan pangeran pemberontak itu melalui sarana berbahaya. Jika saya tidak salah, pemerintah Belanda meminta sang pangeran datang untuk negosiasi di bawah bendera gencatan senjata, tetapi di bawah bendera gencatan senjata, ia ditawan. Ia menghabiskan beberapa waktu di Stadhuis Batavia, maka tidak lama setelah itu, Pangeran Diponegoro diasingkan ke Pulau Sulawesi (baik ke Menado atau Makassar), dan tetap di sana sampai akhir hidupnya. Aku ingat bagaimana kita membenci kolonialisme Belanda masa itu ketika kita mempelajari bagian sejarah ini di sekolah.
Bangunan bersejarah menjadi Museum Fatahillah pada tahun 1974. Hal ini juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta. Ini rumah koleksi benda-benda cagar budaya yang berhubungan dengan sejarah Jakarta.

Kesimpulan
            Jadi pada awalnya gedung fatahillah yg sekarang dikenal sebagai museum fatahillah namun dahulu kegunaan gedung tersebut sangat berbeda. Kota Batavia selesai dibangun tahun 1650. Batavia kemudian menjadi kantor pusat VOC di Hindia Timur.sejak pertama kali fatahillah dibangun bukan untuk menjadikan museum tetapi pada tahun-tahun awal kedatangan Belanda ke Batavia (dari 1619), gedung, yang sekarang menjadi Museum Fatahillah, adalah pusat administrasi Perusahaan India Timur Belanda atau juga dikenal di Belanda sebagai Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau VOC di singkat. Pada tahun 1627, bangunan menjadi balai kota Batavia, atau sebagai Belanda menyebutnya, Stadhuis. Ia kemudian dibangun kembali mulai tahun 1707 sampai 1710 untuk menjadi bangunan yang kita lihat sekarang.Batavia adalah nama lama Jakarta. Di Indonesia modern, masyarakat adat wilayah Jakarta dikenal sebagai Betawi (istilah saat ini Batavia). Pada tahun 1710.
Pahlawan nasional Indonesia, Pangeran Diponegoro, dipenjarakan dalam sel bawah gedung pada tahun 1830. Penangkapan pangeran pemberontak itu melalui sarana berbahaya. Jika saya tidak salah, pemerintah Belanda meminta sang pangeran datang untuk negosiasi di bawah bendera gencatan senjata, tetapi di bawah bendera gencatan senjata, ia ditawan. Ia menghabiskan beberapa waktu di Stadhuis Batavia, maka tidak lama setelah itu, Pangeran Diponegoro diasingkan ke Pulau Sulawesi (baik ke Menado atau Makassar), dan tetap di sana sampai akhir hidupnya. Bangunan bersejarah menjadi Museum Fatahillah pada tahun 1974. Hal ini juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta. Ini rumah koleksi benda-benda cagar budaya yang berhubungan dengan sejarah Jakarta.


                  http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Tua_Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar